Monday, July 21, 2008

Jangan Sampai Lupa Makan Permen

Artikel yang bagus, kebetulan tema yang sering kami diskusikan dirumah.
Kebetulan teman kasih fwd ke saya, dan diposting disini, siapa tau ada yang belum pernah baca.

Bagus deh kalau menurut saya.....

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop.

Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal.

Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.

Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat ba nyak permen lollipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa.
Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat ba nyak nya permen lolipop yang bisa diambil.

Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut.
Ia mempercepat
jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya.

Bob mengumpulkan sangat ba nyak permen lolipop
yang ia simpan di dalam tas karungnya.
Ia sibuk mengumpulkan
permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.
Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop.

Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan".

Itulah batas akhir lembah permen lolipop.

Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar.

Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop?
Apakah permen-permennya lezat?
Apakah kamu mencoba yang rasa strawberry?

Itu rasa yang paling disenangi.
Atau kamu lebih menyukai rasa cokelat chip?

Itu juga sangat lezat."


Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi.

Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga.

Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu ba nyak permen lolipop yang
terasa berat di dalam tas ranselnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya
merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya? saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di
ujung jalan lembah permen lolipop.
"Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali.
Saya memanggil-manggil kamu tapi
kamu sudah sangat jauh di depan saya."
"Kenapa kamu memanggil saya?" tanya Bob.
"Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.

Rasanya lezat sekali.
Juga saya menikmati pemandangan lembah, indah sekali!"


Bib bercerita panjang lebar kepada Bob.

"Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan.
Saya temani dia
berjalan.
Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya.
Kami
makan bersama dan dia ba nyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama." Bib menambahkan.

Mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa ba nyak hal yang telah ia
lewatkan dari lembah permen lolipop yang sangat indah.
Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu, sehingga ia sampai lupa memakannya
dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari suatu hal
dan ia bergumam kepada dirinya sendiri,
"Ternyata ini bukan tentang
berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan.
Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."

Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali."

Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya.


Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja.

Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup.

Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen
tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.
Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
Jika saya ta nyak an pertanyaan tersebut kepada teman-teman saya,
biasanya mereka menjawab,
"Saya akan bahagia.....
......nanti pada
waktu saya sudah menikah, nanti pada waktu saya sudah punya anak, nanti saat saya sudah memiliki rumah sendiri...
nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya, nanti pada saat penghasilan saya sudah sangat besar, nanti....... ...... dan nanti....... ........

"
Pemikiran ' nanti ' itu membuat kita bekerja sangat keras di saat ' sekarang ' .
Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang masa ' nanti ' bahagia.
Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah mengorbankan begitu ba nyak hal
dalam hidup ini untuk masa ' nanti ' bahagia.
Ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah sampai di masa ' nanti ' bahagia
itu.

Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita capai,
yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme
kehidupan kita;
pada saat kita
duduk menikmati keindahan tanaman atau pohon-pohon di beranda depan rumah kita, pada saat kita duduk sambil berbincang-bincang dan mendengarkan cerita lucu anak-anak kita,
pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam diri menghampiri Tuhan atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;
memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa indah anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu ba nyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.
Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata jauh lebih damai dan tenang. Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur
seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home